Saturday, August 10, 2019

TATA NAMA SENYAWA ALKANA

Alkana merupakan senyawa hidrokarbon.  Senyawa karbon yang paling sederhana adalah hidrokarbon karena hanya terdiri dari dua unsur, yaitu karbon (C) dan hidrogen (H). Meskipun demikian jumlah senyawa yang dihasilkan dari kedua unsur ini sangat banyak. Alkana termasuk dalam senyawa hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu hidrokarbon dengan rantai terbuka dan semua ikatan karbonnya merupakan ikatan tunggal. Senyawa alkana mempunyai rumus (James E. Brady):

Nama-nama sepuluh alkana dengan jumlah atom karbon 1 sampai 10 terdapat pada tabel 1. Hal ini merupakan dasar nama-nama seluruh senyawa organik.
Tabel 1. Jumlah molekul atom C, Rumus Molekul serta Nama Alkana

Jumlah atom C
Rumus Molekul
Nama
1
CH4
Metana
2
C2H6
Etana
3
C3H8
Propana
4
C4H10
Butana
5
C5H12
Pentana
6
C6H14
Heksana
7
C7H16
Heptana
8
C8H18
Oktana
9
C9H20
Nonana
10
C10H22
Dekana

Gugus Alkil
Gugus alkil adalah alkana yang telah kehilangan satu atom H. Gugus alkil ini dapat dituliskan dengan menggunakan rumus:
Dengan menggantikan satu atom H, maka namanya juga akan berubah dari metana menjadi metil. Berikut ini beberapa gugus alkil yang biasa digunakan
Tabel 2Gugus Alkil
Rumus Molekul
Nama Alkil
CH3
Metil
C2H5
Etil
C3H7
Propil
C4H9
Butil atau amil
C5H11
Pentil
C6H13
Heksil
C7H15
Heptil
C8H17
Oktil
C9H19
Nonil
C10H21
Dekil
 Gugus propil ada dua jenis, yaitu:








Sedangkan gugus butil ada empat jenis, yaitu:




















Tata Nama Alkana 
Dalam pemberian nama alkana ini akan sangat sulit jika hanya menggunakan tata nama alkana biasa (metana s.d. dekana, untuk C1–C10). Hal ini disebabkan adanya isomer-isomer dalam alkana, sehingga perlu adanya nama-nama khusus. Misalnya, awalan normal digunakan untuk rantai lurus, sedangkan awalan iso untuk isomer yang mempunyai satu cabang CH3 yang terikat pada atom karbon nomor dua. Padahal sangat sulit bagi kita untuk memberikan nama pada rantai karbon yang mempunyai banyak sekali isomer. Oleh karena itu, perhimpunan kimiawan internasional pada pertemuan di Jenewa pada tahun 1892 telah merumuskan aturan penamaan senyawa kimia. Tata nama yang mereka rumuskan itu terkenal dengan tata nama IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry). Nama yang diturunkan dengan aturan ini disebut nama sistematik atau nama IUPAC, sedangkan nama yang sudah biasa digunakan sebelum tata nama IUPAC tetap digunakan dan disebut dengan nama biasa atau nama trivial. 
Aturan IUPAC untuk penamaan alkana bercabang sebagai berikut.
  • Nama alkana bercabang terdiri dari dua bagian, yaitu:
          - Bagian pertama, di bagian depan, yaitu nama cabang (cabang-cabang). 
          - Bagian kedua, di bagian belakang, yaitu nama rantai induk  
       

  • Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam molekul. Bila ter-dapat dua atau lebih rantai terpanjang, maka harus dipilih yang mempunyai cabang terbanyak. Induk diberi nama alkana, tergantung pada panjang rantai. 

  • Cabang diberi nama alkil, yaitu nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran ana menjadi il. Gugus alkil mempunyai rumus umum CnH2n + 1 dan dinyatakan dengan lambang R (lihat tentang alkil).
  • Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu rantai induk perlu dinomori. Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian hingga posisi cabang mendapat nomor terkecil. Contoh:

  • Jika terdapat dua atau lebih cabang yang sama, hal ini dinyatakan dengan awalan di, tri, tetra, penta, dan seterusnya pada nama cabang.
  • Cabang-cabang yang berbeda disusun sesuai urutan abjad dari nama cabang itu. Misalnya 
        • Etil ditulis terlebih dahulu daripada metil. 
        • Isopropil ditulis terlebih dahulu daripada metil. 
Berdasarkan aturan tersebut, penamaan alkana dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 
1) Memilih rantai induk, yaitu rantai terpanjang yang mempunyai cabang terbanyak. 
2) Memberi penomoran dimulai dari salah satu ujung, sehingga cabang mendapat nomor terkecil. 
3) Menuliskan nama dimulai dengan nama cabang yang disusun menurut abjad, kemudian diakhiri dengan nama rantai induk. Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Antara angka dengan angka dipisahkan dengan tanda koma (,), sedangkan antara angka dengan huruf dipisahkan tanda jeda (–). Berikut ini contoh pemberian nama pada alkana.

Untuk lebih jelasnya kita akan melihat video berikut:



Isomerisasi pada Alkana 
Sebagaimana telah kita pelajari di depan bahwa pada senyawa hidrokarbon dikenal istilah isomer. Isomer yang terjadi pada alkana adalah isomer rangka. 
Sebagai contoh C5H12 mempunyai isomer:


Sifat Alkana
  • Semua hidrokarbon merupakan senyawa nonpolar sehingga tidak larut dalam air. Jika suatu hidrokarbon bercampur dengan air, maka lapisan hidrokarbon selalu di atas sebab massa jenisnya lebih kecil daripada Pelarut yang baik untuk hidrokarbon adalah pelarut nonpolar, seperti CCl4 atau eter. 
  •  Makin banyak atom C, titik didih makin tinggi. Untuk hidrokarbon yang  berisomer (jumlah atom C sama banyak), titik didih makin tinggi apabila rantai C makin panjang (bercabang sedikit). 
  • Pada suhu dan tekanan biasa, empat alkana yang pertama (CH4 sampai C4H10) berwujud gas. Pentana (C5H12) sampai heptadekana (C17H36) berwujud cair, sedangkan oktadekana (C18H38) dan seterusnya berwujud padat. 4) Jika direaksikan dengan unsur-unsur halogen (F2, Cl2, Br2, dan I2), maka atom-atom H pada alkana mudah mengalami substitusi (penukaran) oleh atom-atom halogen. 


  • Alkana dapat mengalami oksidasi dengan gas oksigen, dan reaksi pembakaran ini selalu menghasilkan energi. Itulah sebabnya alkana digunakan sebagai bahan bakar. Secara rata-rata, oksidasi 1 gram alkana menghasilkan energi sebesar 50.000 joule. 



TUGAS.
1. Jelaskan pengertian dari Alkana dan tuliskan rumus deret Homolog Alkana!
2. Jelaskan pengertian alkil dan rumus umum gugus alkil!
3. Nama senyawa yang memiliki rumus struktur seperti di bawah ini adalah ....

4. Nama IUPAC dari senyawa yang mempunyai rumus struktur seperti di bawah ini adalah ....

Tugas dikerjkan berkelompok dan dikumpulkan ke link berikut


Daftar Pustaka
Budi Utami, dkk. 2009.   Kimia 1 : Untuk SMA/MA Kelas X.  Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Unggul Sudarmo. 2004. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga




0 comments:

Post a Comment