Reaksi penetralan dapat digunakan untuk menetapkan kadar atau konsentrasi suatu larutan asam atau basa. Penetapan kadar suatu larutan ini disebut titrasi asam-basa. Titrasi adalah penambahan larutan baku (larutan yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya) ke dalam larutan lain dengan bantuan indikator sampai tercapai titik ekuivalen. Titrasi dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan perubahan warna. Saat perubahan warna indikator disebut titik akhir titrasi (James E. Brady dalam Utami, 2009: 161).
Titrasi asam basa merupakan metode penentuan molaritas asam dengan zat penitrasi larutan basa atau penentuan molaritas larutan basa dengan zat penitrasi larutan asam. Titik akhir titrasi (pada saat indikator berubah warna) diharapkan mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan
asam tepat bereaksi dengan larutan basa.Pemilihan indikator yang tepat merupakan syarat utama saat titrasi. Jika indikator yang digunakan berubah warna pada saat titik ekuivalen, maka titik akhir titrasi akan sama dengan titik ekuivalen. Akan tetapi, jika perubahan warna indikator terletak pada pH di mana zat penitrasi sedikit berlebih, maka titik akhir titrasi berbeda dengan titik ekuivalen.
Perubahan pH pada reaksi asam–basa
Suatu asam yang mempunyai pH kurang dari 7 jika ditambah basa yang pH–nya lebih dari 7, maka pH asam akan naik, sebaliknya suatu basa jika ditambah asam, maka pH basa akan turun. Apabila penambahan zat dilakukan tetes demi tetes kemudian dihitung pH–nya akan diperoleh kurva titrasi, yaitu grafik yang menyatakan pH dan jumlah larutan standar yang ditambah.1. Titrasi Asam Kuat Oleh Basa Kuat
Kurva titrasi asam kuat oleh basa kuat ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1. Grafik titrasi asam kuat oleh basa kuat (Sumber: Utami, 2009: 162)
Misalnya, 25 mL HCl 0,1 M (asam kuat) dititrasi oleh NaOH 0,1 M (basa kuat), kita dapat menghitung pH larutan pada bermacam-macam titik selama berlangsungnya titrasi. Pada grafik, diperlihatkan ciri penting dari kurva titrasi NaOH – HCl bahwa pH berubah secara lambat sampai dekat titik ekuivalen. Penambahan NaOH menyebabkan harga pH naik sedikit demi sedikit. Namun, pada titik ekuivalen, pH meningkat sangat tajam kira-kira 6 unit (dari pH 4 sampai pH 10) hanya dengan penambahan 0,1 mL (± 2 tetes). Setelah titik ekuivalen, pH berubah amat lambat jika ditambah NaOH. Indikator-indikator yang perubahan warnanya berada dalam bagian terjal kurva titrasi ini, yaitu indikator yang mempunyai trayek pH antara 4 sampai 10 cocok digunakan untuk titrasi tersebut. Indikator yang dapat digunakan pada titrasi ini adalah metil merah, brom timol biru, dan fenolftalein. Untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat, besarnya pH saat titik ekuivalen adalah 7.
Pada pH ini asam kuat tepat habis bereaksi dengan basa kuat, sehingga larutan yang terbentuk adalah garam air yang bersifat netral.
Gambar 2. Kurva titrasi basa kuat oleh asam kuat (Sumber: Crys, 2009: 174)
Seperti pada titrasi asam kuat oleh basa kuat, titik ekuivalen titrasi ini pada saat penambahan HCl sebanyak 40 mL dan pH = 7. Ketiga indikator asam basa yang tertulis (fenolftalein, bromotimol biru, dan metil merah) bisa digunakan sebagai indikator dalam titrasi ini.
3. Titrasi asam lemah oleh basa kuat
Sebanyak 50 mL asam lemah CH3COOH 0,1 M dititrasi dengan larutan basa kuat NaOH 0,1 M. Kurva titrasi yang terjadi digambarkan seperti berikut.
Gambar 3. Kurva titrasi asam lemah oleh basa kuat ditunjukkan oleh garis tebal. Garis putus-putus menunjukkan titrasi asam kuat oleh basa kuat (Sumber: Crys, 2009: 175)
Dari kurva di atas terlihat bahwa titik ekuivalen titrasi lebih besar 7. Hal ini disebabkan garam yang terbentuk mengalami hidrolisis sebagian yang bersifat basa (pH > 7). Indikator yang bisa digunakan adalah bromotimol biru dan fenolftalein.
4. Titrasi basa lemah oleh asam kuat
Perubahan pH pada reaksi penetralan basa lemah oleh asam kuat, dalam hal ini 50 mL NH3 0,1 M dititrasi dengan HCl 0,1 M, dapat ditunjukkan pada kurva di bawah ini.
Gambar 4. Kurva titrasi basa lemah oleh asam kuat ditunjukkan oleh garis tebal. Garis putus-putus menunjukkan titrasi basa kuat oleh asam kuat (Sumber: Crys, 2009: 175).
Dari kurva tersebut,
terlihat bahwa titik ekuivalen terjadi pada pH lebih kecil 7. Hal ini
disebabkan garam yang terbentuk mengalami hidrolisis sebagian yang bersifat
asam (pH < 7). Adapun indikator asam basa yang bisa digunakan sebagai indikator
titrasi adalah metil merah dan bromotimol biru. Titrasi asam basa dilakukan
dengan menggunakan buret. Buret adalah alat yang digunakan untuk menambahkan
standar ke dalam larutan yang akan ditentukan molaritasnya. Berikut langkah-langkah
melakukan titrasi asam basa.
1) Siapkan
larutan yang akan ditentukan molaritasnya. Pipet larutan tersebut ke dalam
erlenmeyer dengan menggunakan pipet volume.
2) Pilih
indikator berdasarkan trayek pH dan perubahan warna indikator untuk memudahkan
pengamatan. Tambahkan beberapa tetes pada larutan.
3) Tambahkan
zat penitrasi setetes demi setetes dengan selalu menggoyangkan erlenmeyer agar
terjadi reaksi sempurna.
4) Sesekali,
pinggiran erlenmeyer dibilas agar zat yang bereaksi tidak menempel di dinding
erlenmeyer.
5) Ketika
mendekati titik ekuivalen, penambahan zat penitrasi dilakukan dengan sangat
hati-hati. Buka kran buret, peniter yang keluar jangan sampai menetes, tetapi
ditempelkan pada dinding erlenmeyer kemudian bilas dan goyangkan. Ada baiknya
titrasi dilakukan sebanyak dua atau tiga kali (duplo atau triplo). Apa zat
penitrasi itu? Zat penitrasi adalah zat yang ditambahkan ketika kita melakukan
titrasi.
6)
Hitung molaritas larutan (perhatikan contoh soal
berikut).
Stoikiometri Titrasi Asam Basa
DAFTAR
PUSTAKA
Crys
Fajar Partana dan Antuni Wiyarsi. 2009. Mari Belajar Kimia 2 : Untuk SMA XI
IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Emi
Sulami dan Anis Dyah Rufaida. 2009. Buku Panduan Pendidik Kimia Untuk SMA/MA
Kelas XI. Klaten: PT Penerbit Intan Pariwara.
Qurniawati,
Annik et al. 2018. Kimia Peminatan Matematika dan Ilmu Alam SMA/MA
Kelas XI Semester 2. Klaten: PT Penerbit Intan Pariwara.
Utami, Budi et all. 2009. Kimia 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Program Ilmu Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
0 comments:
Post a Comment