Friday, September 6, 2019

PENURUNAN TITIK BEKU


Apakah Anda mempunyai teman atau kerabat yang memiliki penyakit tekanan darah tinggi? Jika ya, tentu dokter akan menyarankan teman atau kerabat Anda itu untuk mengurangi konsumsi garam-garaman. Mengapa pula pedagang es menaburkan garam dapur (NaCl) di dalam tempat penyimpanan es? Kemudian, mengapa di wilayah yang memiliki musim dingin, garam-garam, seperti CaCl2 dan NaCl ditaburkan ke jalanjalan atau trotoar yang bersalju? Tentunya semua peristiwa itu berkaitan dengan materi yang akan kita pelajari sekarang, yaitu sifat-sifat koligatif larutan.



Pernahkah Anda melihat atau memakan es batu? Es batu merupakan hasil pendinginan air. Suhu pada saat tercapai kesetimbangan perubahan fasa cair menjadi padat disebut titik beku (Tf). Titik beku normal air pada tekanan 1 atm adalah 0oC.
Gambar 1. Es Batu

Gambar 2. Es Krim

Jika suatu zat terlarut ditambahkan pada suatu pelarut murni hingga membentuk larutan maka titik beku pelarut murni akan mengalami penurunan. Suhunya akan lebih rendah dari 0oC.
Ketika suatu larutan dibekukan, maka yang akan membeku terlebih dahulu adalah pelarutnya. Dalam larutan, partikel zat terlarut terperangkap di antara partikel zat pelarut dan terjadi gaya antar molekul diantara mereka. Oleh karena itu, ketika proses pembekuan berlangsung, antarmolekul pelarut akan lebih sulit untuk mendekat. Penurunan titik beku larutan lebih rendah dibandingkan dengan penurunan titik beku pelarut murni.
Selisih temperatur titik beku larutan dengan titik beku pelarut murni disebut penurunan titik beku (∆Tf).
Dirumuskan sebagai berikut:

Menurut Hukum Backman dan Raoult bahwa penurunan titik beku berbanding langsung dengan molalitas yang terlarut di dalamnya. Hukum tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
diuraikan sbb:

 
Harga Kf tergantung pada sifat-sifat zat cair yang digunakan sebagai pelarut. Untuk setiap pelarut, besarnya tetapan penurunan titik beku molal berbeda-beda. Berikut ini adalah beberapa harga tetapan penurunan titik beku (Kf) dari beberapa pelarut.

Tabel 1. Tetapan Penurunan Titik Beku (Kf) Beberapa Pelarut
Pelarut
Titik Beku (oC)
Kf (oC/m)
Air (H2O)
0
1,86
Aseton
−95,35
2,40
Benzena (C6H6)
5,45
5,12
Fenol (C6H5OH)
43
7,27
Kamfer (C10H12O)
179,8
39,7
Karbon Tetraklorida (CCl4)
−23
29,8
Naftalena
80,5
6,94
Sikloheksana
6,5
20,1
Sumber: Chemistry Matter and Its
Change, 2004

Perbandingan Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
   Zat nonelektrolit yang melarut akan memberikan sejumlah partikel sesuai dengan konsentrasinya. Misalnya, 1 mol gula, C12H22O11 terlarut hanya akan menghasilkan 1 mol partikel terlarut berupa molekul di dalam larutannya. Berbeda dengan elektrolit seperti NaCl dan KCl. Misalnya 1 mol NaCl terlarut akan memberikan total 2 mol partikel terlarut berupa ion di dalam larutannya. Jumlah partikel terlarut dari larutan nonelektrolit berbeda dengan larutan elektrolit, dan berarti akan memberikan sifat koligatif larutan yang berbeda pula termasuk akan memberikan penurunan titik beku yang berbeda pula.

Misalnya, larutan nonelektrolit C6H12O6, jika dimasukkan ke dalam air menghasilkan 1 mol partikel, sehingga larutan C6H12O1 M akan membeku pada suhu 1,86 °C di bawah titik beku air murni, sedangkan 1 mol larutan elektrolit NaCl mengandung 2 mol partikel, yaitu 1 mol Nadan 1 mol Cl. Dipengaruhi oleh jumlah ion yang berada dalam air

NaCl (aq) Na+(aq) + Cl (aq), n = 2 (jumlah dari 1 ion positif Na+ dan 1 ion negatif dari Cl)
Larutan NaCl 1 M sebenarnya mengandung 1 mol partikel per 1.000 gram air.
Secara teoretis akan menurunkan titik beku 2 x 1,86 °C = 3,72 °C.
Sedangkan larutan CaCl2 1 M mempunyai 3 mol ion per 1.000 g air.
Dengan reaksi ionisasi berikut.
CaCl2(aq) Ca2+(aq) + 2Cl (aq), n = 3(jumlah dari 1 ion positif Ca2+ dan 2 ion negatif dari Cl)
Secara teoretis akan menurunkan titik beku tiga kali lebih besar dibandingkan larutan C6H12O6 1M.

Contoh:
C6H12O6(s)    C6H12O6(aq)   
1 mol                1 mol
Jumlah partikelnya = 1 x 6,02 x 1023 molekul.
NaCl(s) Na+(aq) + Cl(aq) 
1 mol       1 mol       1 mol
Jumlah partikelnya =  2 x 6,02 x 1023 partikel (ion Na+ dan Cl–).
CaCl2(aq) Ca2+(aq) + 2Cl (aq)
1 mol            1 mol         2 mol
Jumlah partikelnya =  3 x 6,02 x 1023 partikel (ion Ca2+ dan ion Cl). 

   Untuk larutan elektolit, ternyata memiliki harga sifat koligatif larutan yang lebih tinggi daripada larutan yang non-elektrolit dengan konsentrasi yang sama. Dengan konsentrasi yang sama, larutan elektrolit akan mengandung jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan nonelektrolit. Harga sifat koligatif larutan elektrolit dipengaruhi oleh faktor Van’t Hoff (i).
Berlaku hubungan sebagai berikut.

Hubungan sifat koligatif larutan elektrolit dan konsentrasi larutan dirumuskan oleh Van’t Hoff, yaitu dengan mengalikan rumus yang ada dengan bilangan faktor Van’t Hoff yang merupakan faktor penambahan jumlah partikel dalam larutan elektrolit.

Contoh elektrolit biner:

NaCl(aq) Na+(aq) + Cl(aq)
n = 2
KOH(aq) K+(aq) + OH(aq)
n = 2
Contoh elektrolit terner:

H2SO4(l) + 2 H2O(l) 2 H3O+(aq) + SO42(aq)
n = 3
Mg(OH)2(aq) Mg2+(aq) + 2 OH(aq)
n = 3
Contoh elektrolit kuarterner:

K3PO4(aq) 3 K+(aq) + PO43(aq)
n = 4
AlBr3(aq) Al3+(aq) + 3 Br (aq)
n = 4

Berikut ini adalah Video contoh perhitungan dari penentuan titik beku larutan elektrolit dan nonelektrolit, agar memahami perbandingan titik beku larutan elektrolit dan non elektrolit.

Walaupun sama-sama larutan elektrolit, dengan konsentrasi/molalitas yang sama penurunan titik beku dari larutannya juga akan berbeda jauh.
Perhatikan contoh kasus di bawah ini! Misalkan kita melakukan percobaan untuk menentukan penurunan titik beku (∆Tf) dari larutan MgCl2 1 m dan K3PO4 1m.

Kita anggap α = 1
Didalam larutan atau dalam air MgCl2 akan mengalami reaksi ionisasi, sesuai dengan reaksi berikut.
MgCl2(aq) Mg2+(aq) + 2Cl(aq)    
1 mol               1 mol             2 mol
n = jumlah on Mg2+ + jumlah ion Cl
n = 1                           + 2                         = 3
Penurunan titik beku (∆Tf) larutan MgCl2 1m adalah.
∆Tf = m x Kf x [1 + (n – 1) α]
∆Tf = 1 m x 1,86oC/m x [1 + (3 – 1) 1]
∆Tf = 1,86oC x [1 + 2]
∆Tf = 1,86oC x 3 = 5,58 oC
Titik beku larutan (Tf)
Tf = Tf pelarut - ∆Tf =0 oC − 5,58 oC = − 5,58 oC
Didalam larutan atau dalam air K3PO4 akan mengalami reaksi ionisasi, sesuai dengan reaksi berikut.
K3PO4(aq) 3 K+(aq) + PO43(aq)
1 mol                 3 mol            1 mol
n = jumlah on K+ + jumlah ion PO43
n = 3                           + 1                         = 4

Penurunan titik beku (∆Tf) larutan K3PO4 1m adalah.
∆Tf = m x Kf x [1 + (n – 1) α]
∆Tf = 1 m x 1,86oC/m x [1 + (4 – 1) 1]
∆Tf = 1,86oC x [1 + 3
∆Tf = 1,86oC x 4 = 7,44 oC
Titik beku larutan (Tf)
Tf = Tf pelarut - ∆Tf =0 oC − 7,44 oC = − 7,44 oC

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, untuk larutan elektrolit, dengan molalitas (m) yang sama, ternyata titik beku dan penurunan titik bekunya berbeda. Penurunan titik beku (∆Tf) untuk elektrolit kuartener (n = 4) lebih besar dibandingkan penurunan titik beku (∆Tf) untuk elektrolit terner (n = 3) dan titik beku elektrolit terner (n = 3) lebih besar dari elektrolit kuartener (n = 4). 
Namun, terkadang penurunan titik beku (ΔTf) pada beberapa larutan elektrolit berbeda dari hasil perhitungan dan pengamatan melalui percobaan. Penyimpangan pada nilai perbedaan penurunan titik beku antara larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit berkonsentrasi sama ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2. Penurunan Titik Beku Larutan 1,0 m
Zat Terlarut
Rumus Kimia
ΔTf
Hasil Hitung
(ΔTf =  m . Kf)
Hasil Pengamatan
Glukosa
C6H12O6
1,86°C
1,90°C
Urea
(NH2)2CO
1,86°C
1,86°C
Garam Dapur
NaCl
1,86°C
3,37°C
Natrium Nitrat
NaNO3
1,86°C
3,02°C
Magnesium Sulfat
MgSO4
1,86°C
2,02°C


   Data diatas memperlihatkan perbedaan antara hasil perkiraan dan hasil pengamatan. Seharusnya antara kedua hasil tidak memiliki perbedaan (teori dan kenyataan). Namun, karena pada larutan elektrolit berlaku faktor Van’t Hoff, sehingga pada konsentrasi yang sama, larutan elektrolit memiliki titik beku lebih kecil dan penurunan titik beku lebih besar daripada larutan nonelektrolit.

Bagaimana menentukan derajat ionisasi larutan elektrolit, jika diketahui penuruanan titik bekunya?
Perhatikan data hasil pengamatan pada Tabel 2 di atas untuk larutan NaNO3. Kita menggunakan data ΔTf = 3,02oC
Pertama-tama kita menuliskan persamaan reaksi ionisasi NaNO­3, agar dapat menentukan jumlah ion (n) dalam larutan.
NaNO3(aq) →Na+(aq) + NO3- (aq),  n = 2
Kf air = 1,86oC/m
pertama-tama kita tentukan i dengan menggunakan persamaan: ΔTf = m x Kf x i
ΔTf         = m x Kf x i
3,02 oC = 1 x 1,86oC/m  x i
3,02 oC = 1,86oC x i
i               = 1,62
i               = 1 + (n – 1) α
1,62      = 1 + (2 – 1) α
1,62      = 1 +  1α
1,62–1 = α
α             = 0,62

PENERAPAN PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN
Beberapa penerapan penurunan titik beku dapat mempertahankan kehidupan selama musim dingin. Penerapan tekanan osmosis ditemukan di alam, dalam bidang kesehatan, dan dalam ilmu biologi. Berikut ini penjelasan mengenai penerapan sifat koligatif larutan dalam kehidupan sehari-hari.


SUMBER RUJUKAN
Rahayu, Iman. 2009. Praktis Belajar Kimia 1 : Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
 Saidah, Aas dan Michael Purba. 2017. Kimia untuk SMK/MAK Kelas XII. Jakarta :  Erlangga
Sudarmo, Unggul. 2014. Kimia Untuk SMA/MA KelasXII. Jakarta: Erlangga.
Suharsini, Maria, dkk. 2007. Kimia dan Kecakapan Hidup Pelajaran Kimia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Ganeca Exact
 Sunarya, Yayan. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Kimia 3 : Untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam.  Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

0 comments:

Post a Comment